Tuduhan yang menyakitkan
Semua itu berawal ketika aku menemukan sepucuk kertas yang tergeletak di depan sebuah kelas. Aku pungut kertas tersebut tapi ketika aku baca, aku merasa kaget karena isi kertas tersebut berisikan kritikan tajam terhadap guru – guru yang ada di sekolah tersebut. Aku lupa isi kertas itu secara pasti namun yang aku tangkap dari sekilas membaca, tersebutkan salah satu guru bernama Ibu rida yang jadi point centre dalam surat tersebut. Awalnya aku mengira itu biasa saja. Mungkin ada salah satu murid yang memang sengaja menulis hal tersebut untuk iseng. Namun yang jadi masalah, semua tudingan terarah pada ku karena aku yang menemukan kertas tersebut. Sontak, aku kaget kenapa semua teman-teman ku dan salah satu guru yang sangat banyak bicara itu menyindirku sampe segitunya?? Allah yang tahu! Siapa yang salah. Aku sudah berlaku jujur dan fair, dengan memberikan kertas tersebut kepada salah satu guru yang melihatku memungut kertas tersebut. Memang tingkah mereka seolah –olah tidak men-judge tapi perkataan mereka itu menyakitkan dengan nada menyindir. Meskipun aku tahu, belum tentu perkataan tersebut di tujukan kepada siapa dan untuk siapa. Tapi, karena aku merasa yang menemukan sepucuk kertas yang mereka anggapa ultimatum tersebut, maka aku merasa semua sindiran itu di tujukan padaku. Seolah- olah aku yang sudah menulis kritikan tersebut. Sepengecut itukah saya?? Sampai harus menulis kritikan di sebuah kertas lalu di letakan di tempat yang mencolok aga di baca banyak orang?? Saya punya mulut! Saya juga terkenal dengan cewe bawel. Buat apa gak aku gunain coba???? Yang pasti hari-hari ku jadi tidak tenang. Aku ingin mereka menjilat ludah mereka sendiri, tarik perkataan mereka dan minta maaf . itu saja sudah cukup untuk mengobati sakit hati yang aku rasakan atas tuduhan mereka